Senin, 22 Oktober 2012

cerita hijab

Diposting oleh yayan nurlian di 22.25 0 komentar

Sebuah Cerita Tentang Hijab

Beberapa waktu lalu saya sempat bertemu dengan dua teman lama. Pertemuan saya yang pertama ditemani dengan salah seorang sahabat lama yang bisa dikatakan belum lama menggunakan hijab. Dari berbagai obrolan kami, akhirnya ia melontarkan satu pertanyaan."Zu, lo sampe sekarang masih ada kepikiran buat buka jilbab engga?". Saat itu saya cuma tersenyum sebelum memberikan jawaban.
Hampir sebulan setelahnya, saya bertemu dengan salah satu sahabat saya yang saya kenal dari waktu dan tempat yang berbeda dari sahabat saya yang sebelumnya. Dari berbagai topik obrolan yang kami bicarakan, ada satu pertanyaan yang ia berikan"Zu, lo nanti kalo udah di Inggris bakalan buka jilbab engga?" Dan kali ini saya bukan hanya tersenyum... tetapi tertawa.

Sangat mudah sebenarnya menjawab pertanyaan yang sudah familiar di telinga saya, yang sudah dilontarkan dari berbagai mulut yang berbeda. Sulit adalah ketika harus meyakinkan orang lain tentang sesuatu hal yang saya sendiri aja baru bisa meyakini diri saya setelah beberapa tahun menjalaninya. Jadi engga salah sih kalau masih banyak orang yang mempertanyakan keteguhan saya dalam memakai hijab ini hehehe. Sebelum diberikan pertanyaan - pertanyaan tersebut, sejujurnya engga pernah terlintas lagi untuk membuka hijab, sekalipun nanti ketika saya tinggal di negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.
Memang, engga ada satupun dari kita yang tau apa yang disimpan oleh masa depan, tapi saat ini saya bisa mengatakan bahwa tampaknya keputusan untuk membuka hijab akan menjadi sebuah keputusan terbodoh yang bisa saya buat dalam hidup saya. Setelah bertahun - tahun berjuang mempertahankannya, saat ini hijab bukan hanya sebagai sebuah kewajiban, tetapi menjadi bagian dari diri saya.

Dan untuk mencapai tahap tersebut bisa dibilang sangat jauh dari mudah.

--------------------------------------------------------

Berawal dari sepuluh tahun yang lalu, saat saya masih duduk di kelas 1 SMP. Saat itu seperti biasanya, setelah les matematika dengan guru private saya, kami melakukan ritual yang hampir selalu kami lakukan seusai les, yaitu sholat ashar berjamaah dilanjutkan dengan obrolan ringan seputar agama. Biasanya sih obrolannya mulai dari saling mengingatkan apa aja hal buruk yang seringkali terlupakan, cerita tentang para nabi, atau cerita hal lainnya yang intinya mengingatkan saya tentang norma - norma dalam agama Islam. Hari itu, topik yang diangkat oleh ibu guru adalah tentang kewajiban untuk menutup aurat bagi perempuan. Engga usah dibahas lebih dalam lah yaa disini tentang apa aja kewajiban kita sebagai perempuan untuk menutup aurat. Intinya, dari pembicaraan itulah saya benar - benar bertekad jika nanti saya sudah baligh (baca : menstruasi), saya akan langsung menggunakan hijab.

Engga lama sejak pembicaraan kami di sore itu, akhirnya sampailah waktu dimana saya sudah dinyatakan baligh. Setelah membicarakan dengan orang tua dan meyakinkan diri saya kembali, akhirnya beberapa minggu kemudian saya pun sudah menutup aurat sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Bisa dibilang awal saya memakai hijab ini engga berjalan semudah yang saya bayangkan. Tekanan sempat terasa dari berbagai pihak. Mulai dari orang tua saya yang sempat meragukan keputusan saya dan khawatir jika suatu saat saya akan membuka kembali hijab saya dikarenakan usia saya yang pada saat mengambil keputusan tersebut masih sangat muda, yaitu sekitar 11 tahun. Bukan hanya itu, tekanan juga terasa dari teman - teman saya. Ada beberapa dari mereka yang mulai menjauh karena saya menggunakan hijab, bahkan ada yang bilang kalau saya sok suci. Sempat sakit hati sih dikiiittt hahaa. Tapi mungkin karena saat itu saya benar - benar udah yakin dan keputusan memakai hijab juga sepenuhnya dari diri saya, jadi apapun pendapat orang saat itu saya terima dengan "masuk telinga kanan keluar telinga kiri" ajaa hehe.

Setelah melewati masa transisi dari sebelum ke setelah memakai hijab, dua tahun setelahnya saya lalu dengan baik. Walaupun terkadang saat melihat teman - teman saya lainnya yang belum memakai hijab, masih terlintas di pikiran saya bahwa mungkin dengan engga memakai hijab bisa lebih menyenangkan dan bebas berekspresi. Tetapi dengan cukup banyaknya teman saya yang menggunakan hijab dan sempat berada di dalam lingkungan anak - anak rohis, pikiran saya ini engga sampai membuat ingin melepas hijab ini.

Dari bertahun - tahun saya memakai hijab, masa terberat yang saya lalui adalah selama saya duduk di kursi SMA. Mulai dari minggu pertama masuk sampai minggu terakhir sekolah, sudah enggak terhitung berapa kali saya ingin membuka hijab. Kenyataan yang lebih parah adalah saya juga sempat merasa  hijab yang saya kenakan saat itu bahkan menjadi penghalang saya dalam bergaul dan benar - benar menurunkan rasa percaya diri saya. Perbedaan lingkungan sekolah saya saat itu dengan sebelumnya terlihat dengan sangat jelas. Besarnya tuntutan penampilan fisik dan kesanggupan materi, sangat minimnya jumlah perempuan yang menggunakan hijab, hingga lingkungan pergaulan yang sangat berbeda dari yang saya rasakan sebelumnya, menjadi faktor utama dari jatuhnya keyakinan pada diri saya sendiri maupun terhadap prinsip untuk menutup aurat yang sudah saya pegang bertahun - tahun.

Terlepas dari kenyataan bahwa pada akhirnya banyak kenangan indah dan menyenangkan yang saya dapatkan selama memakai seragam putih abu - abu ini, pemikiran untuk melepas hijab tetap belum berubah di benak saya. Sudah terlalu banyak hari yang saya lalui di tempat itu dan membuat cara pandang saya berubah total terhadap hijab. Yang ada di dalam pikiran saya saat itu adalah saya ingin melepas hijab karena saya merasa lebih nyaman dan percaya diri tanpanya.

Sampai akhirnya pada suatu hari, ketika saya seorang diri sedang menunggu hasil pemeriksaan dokter di suatu rumah sakit. Seperti biasanya, saat lagi melamunkan banyak hal, sampailah saya memikirkan tentang rencana saya membuka hijab. Saat itu saya membulatkan tekad untuk melepas hijab begitu saya mulai masuk kuliah. Engga lama setelah itu, sekitar sepuluh menit kemudian, saat saya sedang mem-fotokopi hasil pemeriksaan dokter, tiba - tiba aja tanpa adanya interaksi apapun sebelumnya, si penjual kacamata di sebelah tempat fotokopi tersebut mengatakan hal yang mengubah total pemikiran dan tekad saya sebelumnya. "Mbak, mbak udah cantik kaya gitu, pake jilbab..jangan dilepas ya mbak", katanya sambil tersenyum. Saya saat itu cuma diam aja, masih bingung. Terus saya memastikan kembali sambil melihat ke sekeliling saya, yaa kali aja dia ngomong gitu ke yang lain kan hehe. Lalu dia ngomong lagi, "Iya, saya ngomong ke mbak", lanjutnya sambil tersenyum lagi. Mungkin kalau sebelumnya saya engga memiliki keinginan untuk melepas hijab saya, mungkin perkataan mas penjual kacamata itu engga akan segitu membekasnya di ingatan saya.

Kejadian saat itu benar - benar menyadarkan saya akan satu hal, yaitu Allah masih segitu sayangnya sama saya. Kalau bisa diibaratkan, saat itu saya udah berada di ujung jurang, dan saat itu juga Allah langsung memberikan cara untuk menyadarkan saya. Bukan sekedar itu, tetapi memberikan hidayah-Nya. Coba saat itu mas - masnya bilang seperti itu, tetapi saya engga sadar atau engga mempengaruhi tekad saya. Mungkin perkataannya engga akan berpengaruh apa - apa ke saya. Makanya, seandainya saya masih punya pemikiran untuk melepas hijab setelah kejadian itu, kayanya saya akan menjadi manusia paling bodoh yang ada di dunia ini. Mungkin terdengar berlebihan sih hahaha. Tapi itulah yang saya rasakan sampai saat ini. Pikiran saya sih simpel aja, saya mengenal banyak orang yang terlihat lebih baik dibanding saya, tapi sampai saat ini belum memakai hijab. Itu hak mereka masing - masing dan pastinya ada pemikiran tersendiri. Mungkin mereka ingin saat memakai hijab nanti mereka benar - benar berperilaku seperti seorang muslimah yang diajarkan oleh Islam. Tapi terlepas dari itu, saya percaya bahwa semua itu balik lagi ke kehendak yang diatas. Allah belum memberikan mereka hidayah-Nya atau mereka belum sepenuhnya melihat peluang adanya hidayah yang diberikan untuk mereka.


http://nazuragulfira.blogspot.com/2012/08/sebuah-cerita-tentang-hijab.html

Aku dan hijabku

Diposting oleh yayan nurlian di 22.24 0 komentar






hijab biruku :* i love you so much
tetap cantik yaa ^^

cerita hijab

Diposting oleh yayan nurlian di 21.51 0 komentar

Sedikit cerita tentang Hijab.. ^_^

10 Nov
Salam teman-teman…
        Hari ini aq ikutan nulis tentang pengalaman hijab,, bisa dibilng ap yah,, jadi gini ceritanya.. aq lagi baca blognya muhammad assad, dia mau buat buku baru tentang 99 hijab stories,, nah,, siapa aja bisa ikut kontribusi nulis tentang pengalaman berjilbab, yah tentu ga semua tulisan yang dikirim ke managementnya akan di masukin di buku, tapi aq iseng aja ikutan,, hehhe. Just wanna share stories to others,,sama kayak di blog ini deh..
Tapi aq mau post tulisanq disini juga.. so you guys bisa baca-baca and terinspirasi deh sama apa yang aq ceritain,, jadi ini tulisannya.. selamat membaca yah… ^_^
      Hellow there sahabat-sahabat hijabers yang anggun, manis, cantik dan soleha.. hehe. Perkenalkan, namaku Fitry Amri biasa dipanggil ‘Fitry’ yeah,,nama ini sangat populer,,J. Aku lahir di kota yang terkenal sangat padet dan macetnya yaitu Jakarta, 04 October 1988. Karena aku adalah keluarga diplomat, jadi sejarah pendidikanku sangat pnjang,J pindah-pindah sekolah mulai dari Play group di Arab Saudi, Junior School di Sudan & Jakarta, High School di India & Medan, Univ S1 UIN jakarta and now I’m currently candidate of Master of Management Student in IIUM Malaysia. Aku sekarang kuliah sambil kerja, jadi statusku part-timer, selama kuliah sudah 3 kali pengalaman kerja, pernah jadi kasir di Souq Al-Arabi (toko makanan arab), another one di International Cooperation and Exchange Office (ICEO) – IIUM dan yang terakhir di office of the Deputy Rector, Internationalisation & industry and community relations – IIUM sampai sekarang. Aktivitasku sehari-hari pagi kerja, sore sampai malam kuliah, dagang di kampus, menyalurkan hobi (seperti menjahit, menyulam, making crafts, dll) kadang-kadang mengjar teman-teman buat crafts di kegiatan-kegiatan tertentu, olah raga tiap hari libur and waktu luang, jalan-jalan, mengikuti acara-acara and seminars dan yang terakhir ikut organisasi di kampus seperti PPI.
      Pertama kali aku berniat mulai memakai jilbab waktu umur 10 tahun, yang membuatku terinspirasi memakai jilbab yang pertama karna aku belajar agama di sekolah sore semenjak kecil dan setiap hari buya (panggilan untuk ayah) memberikan kuliah subuh setelah pulang shalat subuh di mesjid dan yang kedua, melihat mama dan orang-orang timur tengah pakai jilbab cantik-cantik dan bergaya (walaupun saat itu belum terlalu fashionable seperti sekarang) aku berniat memakai jilbab dan tidak lepas lagi setelah aku baligh di umur 12 tahun. Begitu selesai kelas
6 SD lalu buyaku di tempatkan di India dan itu adalah challange pertamaku memakai jilbab sebagai pemula.
      Tantagan aku memakai jilbab sangat banyak, hingga sekarang..hehe. Selama sekolah di India, aku masuk sekolah umum dimana kebanyakan students and guru-gurunya beragama hindu, yang muslims sangant sedikit. Aku minta buya untuk meminta izin kepada kepala sekolah agar aku boleh memakai jilbab di sekolah, ternyata mereka tidak mengizinkan dikarenakan simbol agama tidak boleh dibawa-bawa ke sekolah, sehingga aku harus buka jilbab setiap pergi ke sekolah tapi ketika jalan-jalan dengan kawan-kawan aku pakai lagi jilbabnya. Kawan-kawan sekitarku justru menghormati dan salut karna keberanianku memakai jilbab di Negara yang mayoritasnya non-muslim, disamping itu aku juga menjaga makanan dan minuman yang dikonsumsi. Bukan itu saja, ketika ada tour jalan-jalan dari sekolah, aku shalat di dalam kereta api, sajadahnya Koran dan semua orang didalam kereta api itu bengong ngeliatin aku shalat dan bertanya-tanya “dia ngapain ya? Apa yang dia baca-baca?” hihihi. Setelah itu aku seperti artis, diwawancarai teman-teman tentang shalat, hehe. There I’m introducing my religion to them (kesempatan yang sangat langka).
      Tantangan lainnya adalah ketika aku mewakili orangtuaku untuk cara dinner bersama
panitia-panitia sebuah event besar, yang diadakan diebuah Chinese restaurant. Aku dan salah satu teman buya yang juga memakai jilbab, kami berdua bingung mau makan apa. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari restaurant India yang full vegetarian, tiba-tiba aku didekati supir kantor dan menawarkan untuk makan di muslim restaurant, karna dia pun muslim. Tiba-tiba seseorang menggertak “kamu menyusahkan orang lain saja, buka aja jilbabnya, gak usah sok suci, toh kalau gak pakai jilbab gak bakal ada yang tau kamu muslim atau bukan, jadi gak susah-susah cari makanan diluar, bismillah aja langsung halal !!” astaghfirullah.. aku nangis ditempat dan sangat marah dengan kelakuannya, yang bisa aku perbuat hanya berdo’a dan menjawab “semoga Allah mengampunimu kelak, aku hanya mengamalkan printah Allah dan sunnah RasulNya” diapun terdiam dan memalingkan mukanya. Disini aku merasakan tantangan sebagai seorang muslim juga tantangan memakai jilbab dikalangan non-muslim dan juga muslim yang tidak kuat imannya. Sangat kasihan bagi mereka yang tidak mengetahui ganjaran apa yang akan mereka dapatkan dari pebuatan mereka tersebut.
       Cerita yang lebih seru lagi adalah, ketika aku bekerja di ICEO. IIUM kedatangan mahasiswa dari Korsel berjumlah lebih dari 50 mahasiswa ditambah professornya. Aku bersama beberapa mahasiswa IIUM yang bertugas sebagai panitia summer camp harus bersiap-siap melayani mereka sebaik mungkin. Begitu mereka sampai airport bingung melihat wanita-wanita berhijab kata pertama yang keluar dari mulutnya “Aigoo Igye Moya?” (apa ini?), aku jawab “we call it Hijab” then, expression
aneh plus suara berbarengan “Mo”?? (what?). Disitu aku jelasin deh, kenapa wanita muslim harus memakai jilbab. Di kampus pun mereka (para cewe2 korea) disuruh memakai kerudung atau selendang untuk menutup kepalanya, karna di IIUM semua wajib menutup auratnya, bagi non-muslim sekedar menutupi dan tidak begitu strict. Akhirnya yang tadinya mereka memakai hot pants (ternyata bner2 hot hehe) jadi pada beli rok panjang, walaupun menerawang..karna katanya di Malaysia panas. Proffesornya juga membelikan mereka jilbab masing-masing. Stiap ke kelas mereka pakai baju tertutup dan kepalanya dijilbabin, lucu-lucu and cantik-cantik ada juga yang dikasih baju kurung sama teman-teman Malaysianya.
      Di Korea mereka sangat jarang melihat dan bertemu orang muslim, kalaupun ada yah tidak berjilbab. Jadi mereka tidak tau yang namanya Hijab seperti apa. Selain itu di IIUM mereka melihat “shalat jum’at” disitu mereka melihat para wanita shalat berjamaah pakai hijab dan mukenah. Muncul lagi deh pertanyaannya apa ini dan itu? and we have to be ready to answer them. Tentang kehalalan pun mereka belajar disini, jadi setiap mereka ngundang aku ke restaurant and supermarket yang berbau korea, mereka pasti kasih warning yang mana yang bisa aku makan dan yang mana tidak bisa. Oia, mereka kan suka minum-minum tuh, kayak soju, beer, dll. Waktu aku berkunjung ke kamar mereka, automatically mereka malu and they respect me, sebelum melanjutkan minumnya pasti izin dulu sama aku. So, friends..jangan takut yah..memakai jilbab tidak menghambat kita dalam pertemanan kok, intinya niat kita.
       Kehidupanku setelah berjilbab sampai sekarang ini, pastinya ada suka dan dukanya. Tapi menurut aku banyak sukanya,,hehe. Karna semenjak aku pakai jilbab, tidak sembarang orang bisa mendekati aku, tidak sembarang orang bisa menyentuhku, tidak sembarangan orang bersikap kepadaku, hahay asiiik.. pokoknya merasa terlindungi dan sudah pastinya kita dihormati juga menjadi contoh sama yang lain. Berjilbab bikin aku ngerem dari perbuatan yang tidak baik, mengajariku cara berpakaian yang sopan dan plus bisa modis lho,, makan-makanan yang baik, semua yang baik-baik hehe. Dari hari ke hari berusaha meningkatkan keimanan karna kita sudah pasti diperhatikan orang-orang dan jadi contoh juga sama mereka. So, kalau kita menjaga agama Allah, Allahpun akan menjaga kita juga.
      Aku ingin memberikan saran dan masukan kepada ibu-ibu, kakak-kakak, adik-adik, gadis-gadis, pokoknya seluruh wanita muslimah di dunia. Mulailah memakai jilbab dari “SEKARANG” mau tunggu kapan lagi? Apa juga yang ditunggu? Karna kita tidak tau sampai kapan masa kontrak kita di dunia ini..hehe. Tidak ada kata terlambat, memulai lebih baik daripada tidak sama sekali. Maksudku memulai disini adalah, kalau kita belum bisa menutup keseluruhan, coba dari pakaian dulu, trus tutup kepala pakai jilbab topi, atau pakai bergo, atau pasmina, kalau merasa panas, cari bahan yang adem dan nyaman dipakai. Semuanya tersedia di toko-toko kok..tinggal pilih aja mau warna, model dan harga berapa, hehe. Kata-kata yang sering aku denger dari orng-orang “tunggu dijilbabin dulu hatinya” nah emangnya kita bisa tau kapan hati kita sudah merasa dijilbabin? Maka dari itu, seperti yang aku bilang tadi, tergantung niat kita. Hadith mengatakan “Innama al a’malu binniyyah, wa innamaa likullim ri’im Manawa..” “Sesunggunya segala amalan itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya hasil daripada amalan itu adalah apa yang ia niatkan”. Jadi teman-temanku seklian, jangan takut coz dengan berhijab, you can still “be yourself”. Semoga bermanfaat dan selamat berjilbab! ^_^
 Nah.. begitu deh ceritanya… hehhe semoga bermanfaat yah.. Nanti kalao sempat.. (ceritanya sibuk banget..hihihi) aku mau share tentang keutamaan berjilbab plus cerita2.. karna aku ad teman-teman foreigners dsni,, nanti aku share deh ceritanya ke kalian semua,, hehehe tunggu tulisan berikutnya.. ^_^
Wassalam..
 http://fitryamri.wordpress.com/2011/11/10/sedikit-cerita-tentang-hijab-_/
 

hijab ku ^^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea